Monday, November 17, 2008

senaskah rentetan

Kau pergi dan mungkin aku akan segera menutup pintu. Mengunci semua jendela dan lubang angin agar tak kuindah lagi suara cuaca dari luar tempat kita pernah bermain dengan salju, matahari dan guguran daun.


Kau akan pulang pada rahim tempat kau bermula, katamu. Tempat semua dongeng tentang lampu-lampu yang tak pernah padam, tempat matahari tak pernah benam ditelan musim. Kau ingin kembali pada hari ketika waktu belum terputar dan membawamu pada kenyataan.




“Ah waktu kalau saja semua baka, dan kita tak perlu menjadi tua. Kita bisa jadi peter pan, yang melintasi angin dan awan tanpa perlu takut terluka”
“Tapi kita bukan peter pan, dan waktu tak mengizinkan kita kekal” Maka kau harus berangkat, mengemasi semua yang sempat tertinggal.


Usah kau berkemas, mengapa tak kau kemasi semua kenangan ini, agar tak mengusik di tiap sunyi malam. Meski telah kukunci semua jendela, lubang angin dan pintu. Mengapa kau biarkan kenangan ini tertinggal; kini menjelma semak yang tumbuh cepat di ingatanku. Dan ia tak juga ranggas meski telah berkali kemarau tiba.


No comments: